Distribusi
Penyakit Menurut Orang, Waktu, Tempat
Dalam studi epidemiologi, ada dua
kegiatan pokok dan terpisah yang harus dilakukan. Pertama, adalah studi
terhadap jumlah dan distribusi penyakit, kondisi, cedera, ketidakmampuan, dan
kematian dalam populasi. Untuk melakukan studi ini, ahli epidemiologi harus
mengakaji semua aspek waktu, tempat, dan orang. Pengkajian rinci terhadap
setiap elemen tersebut dilakukan dan dianalisis dalam studi epidemiologi
deskriptif.
A.
Person (Orang)
Banyak fokus kita ketahui bahwa epidemiologi yang ditujukan pada aspek
orang dalam hal penyakit, ketidakmampuan, cedera, dan kematian. Studi
epidemiologi umumnya berfokus pada beberapa karakteristik demografi utama dari
aspek manusia yaitu usia, jenis kelamin, ras/etnik, status perkawinan,
pekerjaan, dan lain-lain.
a.
Usia
Variabel usia merupakan hal yang
penting karena semua rate morbiditas dan rate mortalitas yang dilaporkan hampir
selalu berkaitan dengan usia. Usia termasuk variabel penting dalam mempelajari
suatu masalah kesehatan karena:
·
Ada kaitannya dengan daya tahan tubuh
Pada umumnya daya tahan tubuh orang dewasa lebih kuat daripada bayi dan
anak-anak.
·
Ada kaitannya dengan ancaman terhadap kesehatan
Orang dewasa yang karena pekerjaannya ada kemungkinan menghadapi ancaman penyakit
lebih berat dari pada ank-anak.
·
Ada kaitannya dengan kebiasaan hidup
Dibandingkan anak-anak, orang dewasa yang karena kebiasaan hidupnya ada
kemungkinan terkena penyakit akibat kesalahan kebiasaan hidup tersebut.
Adanya perbedaan penyebaran penyakit di setiap
kelompok usia disebabkan oleh:
a. Adanya
faktor tertentu pada kelompok usia tersebut yang menyebabkan mereka mudah
terserang. Misalnya, campak pada anak-anak. Kesimpulannnya anak-anak tidak
mempunyai kekebalan terhadap campak.
b. Adanya
faktor tertentu pada kelompok usia lain yang menyebabkan mereka sulit
terserang. Misalnya campak jarang ditemkan pada orang dewasa. Kesimpulannnya
orang dewasa mempunyai kekebalan terhadap campak.
c. Adanya
peristiwa tertentu yang pernah dialami oleh kelompok umur tertentu. Misalnya
TBC paru banyak ditemukan pada penduduk berumur 20 tahun ke atas. Kesimpulannya
imunisasi BCG baru berjalan baik sejak 20 tahun yang lalu.
·
Hubungan umur dengan
mortalitas
Walaupun secara umum kematian dapat terjadi pada setiap golongan usia
tetapi dari berbagai catatan diketahui bahwa frekuansi kematian pada setiap
golongan usia berbeda-beda, yaitu kematian tertinggi terjadi pada golongan umur
0-5 tahun dan kematian terendah terletak pada golongan umur 15-25 tahun dan
akan meningkat lagi pada umur 40 tahun ke atas.
Dari gambaran tersebut dapat dikatakan bahwa secara umum kematian akan
meningkat dengan meningkatnya umur. Hal ini disebabkan berbagai faktor, yaitu
pengalaman terpapar oleh faktor penyebab penyakit, faktor pekerjaan, kebiasaan
hidup atau terjadinya perubahan dalam kekebalan.
·
Hubungan Usia dengan
Morbididtas
Kita ketahui bahwa pada hakikatnya suatu penyakit dapat menyerang setiap
orang pada semua golongan umur, tetapi ada penyakit-penyakit tertentu yang
lebih banyak menyerang golongan usia tertentu. Penyakit-penyakit kronis
mempunyai kecendrungan meningkat dengan bertambahnya umur, sedangkan
penyakit-penyakit akut tidak mempunyai suatu kecendrungan yang jelas.
Anak berumur 1-5 tahun lebih banyak terkena infeksi saluran pernapasan
bagian atas (ISPA). Ini disebabkan perlindungan kekebalan yang diperoleh dari
ibu yang melahirkannya hanya sampai pada 6 bulan pertama setelah melahirkan,
sedangkan setelah itu kekebalan menghilang dan ISPA mulai menunjukkkan
peningkatan.
Sebelum ditemukan vaksin, banyak terjadi pada anak-anak berumur muda,
tetapi setelah program imunisasi dijalankan, umur penderita bergeser ke umur
yang lebih tua. Walaupun program imunisasi telah lama dijalankan di Indonesia,
tetapi karena kesadaran dan pengetahuan masyarakat yan masih rendah terutama di
daerah pedesaan sering kali target cakupan imunisasi tidak tercapai yang
berarti masih banyak anak atau bayi yang tidak mendapatkan imunisasi. Gambaran
ini tidak hanya terjadi pada negara-negara berkembang seperti Indonesia, tetapi
terjadi juga pada negara maju.
Penyakit kronis seperti hipertensi, penyakit jantung koroner, dan karsinoma
lebih banyak menyerang orang dewasa dan lanjut usia, sedangkan penyakit
kelamin, AIDS, kecelakaan lalu lintas, penyalahgunaan obat terlarang banyak
terjadi pada golongan usia produktif yaitu remaja dan dewasa. Hubungan antara
usia dan penyakit tidak hanya pada frekuensinya saja, tetapi pada tingkat
beratnya penyakit, misalnya stapilococcus dan eschericia coli akan menjadi
lebih berat bila menyerang bayi daripada golongan umur lain karena bayi masih
sangat rentan terhadap infeksi.
·
Hubungan Tingkat
Perkembangan Manusia Dengan Morbiditas
Dalam perkembangan secara alamiah, manusia mulai dari sejak dilahirkan
hingga akhir hayatnya senantiasa mengalami perubahan baik fisik maupun psikis.
Secara garis besar, perkembangan manusia secara alamiah dapat dibagi menjadi
beberapa fase yaitu fase bayi dan anak-anak, fase remaja dan dewasa muda, fase
dewasa dan lanjut usia.
Dalam setiap fase perkembangan tersebut, manusia mengalami perubahan dalam
pola distribusi dan frekuensi morbiditas dan mortalitas yang disebabkan
terjadinya perubahan dalam kebiasaan hidup, kekebalan, dan faal.
b.
Jenis Kelamin
Hubungan Penyakit Dengan Jenis Kelamin
Secara umum, setiap penyakit dapat menyerang manusia baik laki-laki maupun
perempuan, tetapi pada beberapa penyakit terdapat perbedaan frekuensi antara
laki-laki dan perempuan. Hal ini antara lain disebabkan perbedaan pekerjaan,
kebiasaan hidup, kesadaran berobat, perbedaan kemampuan atau kriteria
diagnostik beberapa penyakit, genetika atau kondisi fisiologis.
Penyakit-penyakit yang lebih banyak menyerang perempuan daripada laki-laki
antara lain:
1.
Tireotoksikosis
2.
Diabetes melitus
3.
Obesitas
4.
Kolesisitis
5.
Rematoid artritis
Selain itu, terdapat pula penyakit yang hanya menyerang perempuan, yaitu
penyakit yang berkaitan dengan organ tubuh perempuan seperti karsinoma uterus,
karsinoma mamae, karsinoam serviks, kista ovarii, dan adneksitis.
Penyakit-penyakit yang lebih banyak menyerang laki-laki daripada perempuan
antara lain:
1.
Penyakit jantung koroner
2.
Infark miokard
3.
Karsinoma paru
4.
Hernia inguinalis
Selain itu, terdapat pula penyakit yang hanya menyerang laki-laki seperti
karsinoma penis, orsitis, hipertrofi prostat, dan karsinoma prostat.
c.
Suku Bangsa
Suku bangsa atau golongan etnik adalah sekelompok manusia dalam suatu
populasi yang memiliki kebiasaan atau sifat biologis yang sama. Walaupun
klasifikasi penyakit berdasarkan suku bangsa sulit dilakukan baik secara
praktis maupun secara konseptual, tetapi karena terdapat perbedaan yang besar
dalam frekuensi dan beratnya penyakit diantara suku bangsa maka dibuat
klasifikasi walaupun kontroversi. Pada umumnya penyakit yang berhubungan dengan
suku bangsa berkaitan dengan faktor genetik atau faktor lingkungan, misalnya:
1.
Penyakit sickle cell anemia
2.
Hemofilia
3.
Kelainan biokimia sperti glukosa 6 fosfatase
4.
Karsinoma lambung
Disamping ketiga fakor yang telah diuraikan di atas terdapat pula
faktor-faktor lain yang berkaitan dengan variabel “orang”, yaitu:
1.
Sosial ekonomi
2.
Budaya/agama
3.
Pekerjaan
4.
Status marital
5.
Golongan darah
6.
Infeksi alamiah
7.
Kepribadian
8.
Sosial ekonomi
Terdapatnya perbedaan penyebaran masalah kesehatan dipengaruhi oleh dua
faktor:
a.
Perbedaan kemampuan ekonomi dalam mencegah atau
mengobati penyakit.
b.
Perbedaan sikap hidup dan perilaku yang dimiliki.
Keadaan sosial ekonomi merupakan
faktor yang mempengaruhi frekuensi distribusi penyakit tertentu, misalnya TBC,
infeksi akut gastrointestinal, ISPA, anemia, melnutrisi, dan penyakit parasit
yang banyak terdapat pada penduduk golongan sosial ekonomi rendah. Penyakit
jantung koroner, hipertensi, obesitas, kadar kolesterol tinggi, dan infark
miokard yang banyak terdapat pada penduduk golongan sosial ekonomi yang tinggi.
d.
Budaya/agama
Dalam beberapa hal terdapat hubungan antara kebudayaan masyarakat atau
agama dengan frekuensi penyakit tertentu, misalnya:
1.
Balanitis, karsnoam penis banyak terdapat pada orang
yang tidak melakukan sirkumsisi disertai dengan higiene perorangan yang jelek.
2.
Trisinensis jarang terdapat pada orang Islam dan orang
Yahudi karena mereka tidak memakan babi.
3.
Kelainan fungsi hati jarang ditemukan pada pemeluk
agama islam karena ajaran agama islam tidak membenarkan meminum alkohol.
e.
Pekerjaan
Berbagai jenis pekerjaan akan berpengaruh pada frekuensi dan distirbusi
penyakit. Hal ini disebabkan sebagian hidupnya dihabiskan di tempat pekerjaan
dengan berbagai suasana dan lingkungan yang berbeda. Misalnya, pekerjaan yang
berhubungan dengan bahan fisika, panas, bising, dan kimia seperti pekerja
pabrik asbes yang banyak menderita karsinoma paru dan gastrointestinal serta
mesotelioma, sedangkan fibrosis paru banyak terdapat pada pekerja yang terpapar
oleh silikon bebas, atau zat radioaktif seperti petugas di bagian radiologi dan
kedokteran nuklir.
Pekerja di bidang pertambangan,
konstruksi bangunan atau pertanian, dan pengemudi kendaraan bermotor mempunyai
risiko yang lebih beasr untuk mengalami trauma atau kecelakaan dibandingkan
dengan pekerja kantor.
Pada dasarnya hubungan antara pekerjaan dengan masalah
kesehatan disebabkan oleh :
·
Adanya risiko pekerjaan
Setiap pekerjaan mempunyai risiko tertentu dan karena itulah macam penyakit
yang dideritanya akan berbeda pula. Misalnya buruh berisiko lebih besar terkena
penyakit silikosis.
·
Adanya seleksi alamiah dalam memilih pekerjaan
Seseorang
yang betrubuh lemah secara naluriah menghindari macam pekerjaan fisik yang
berat, demikian sebaliknya yang bertubuh kuat.
·
Adanya perbedaan status sosial ekonomi
Perbedaan pekerjaan menyebabkan perbedaan status sosial ekonomi sehigga
menyebabkan perbedaan penyakit yang dideritanya.
f.
Status Marital
Adanya hubungan antara status marital dengan frekuensi distribusi
morbiditas telah lama diketahui, tetapi penyebab pastinya belum diketahui. Ada
yang berpendapat bahwa hubungan status marital dengan morbiditas dikaitkan
dengan faktor psikis, emosional, dan hormonal atau berkaitan dengan kehidupan
seksual, kehamilan, melahirkan, dan laktasi.
Lebih banyak ditemukan pada perempuan yang tidak menikah dibandingkan
dengan perempuan yang menikah, sebaliknya karsinom serviks lebih banyak
ditemukan pada perempuan yang menikah daripada yang tidak menikah atau menikah
pada usia yang sangat muda atau sering berganti pasangan. Kehamilan dan
persalinan merupakan merupakan faktor risiko terjadinya eklamsia dan
praeklamsia yang dapat menyebabkan kematian ibu. Angka kematian ibu di
Indonesia masih cukup tinggi dibandingkan dengan negara lain.
g.
Golongan Darah ABO
Golongan darah juga dapat mempengaruhi insidensi suatu penyakit, misalnya orang-orang
dengan golongan darah A meningkatkan risiko terserang karsinoma lambung,
sedangkan golongan darah O lebih banyak terkena ulkus duodeni.
B.
Time (Waktu)
Variabel waktu merupakan faktor kedua yang harus diperhatikan ketika
melakukan analisis morbiditas dalam studi epideiologi karena pencatatan dan
laporan insidensi dan prevalensi penyakit selalu didasarkan waktu, apakah
mingguan, bulanan atau tahunan.
Laporan morbiditas ini menjadi sangat penting artinya dalam epidemiologi
karena didasarkan pada kejadian yang nyata dan bukan berdasarkan perkiraan atau
estimasi. Selain itu dengan pencatatan dan laporan morbiditas dapat diketahui
adanya perubahan-perubahan insidensi dan prevalensi penyakit hingga hasilnya
dapat digunakan untuk menyusun perencanaan dan penanggulangan masalah
kesehatan.
Mempelajari morbiditas berdasarkan waktu juga penting untuk mengetahui
hubungan antara waktu dan insiden penyakit atau fenomena lain, misalnya
penyebaran penyakit saluran pernapasan yang terjadi pada waktu malam hari karena
terjadinya perubahan kelembaban udara atau kecelakaan lalu lintas yang sebagian
besar terjadi pada waktu malam hari.
Pengetahuan tentang penyebaran masalah kesehatan menurut waktu akan
membantu dalam memahami :
·
Kecepatan perjalanan penyakit
Apabila suatu penyakit dalam waktu yang singkat menyebar dengan pesat,
berarti perjalanan penyakit tersebut berlangsung cepat.
·
Lama terjangkitnya suatu penyakit
Lama terjangkitnya suatu penyakit dapat pula diketahui dari penyebaran
penyakit menurut waktu, yakni dengan memanfaatkan keterangan tentang waktu
terjangkitnya penyakit dan keterangan tentang waktu lenyapnya penyakit
tersebut.
Penyebaran masalah kesehatan menurut waktu dipengaruhi
oleh beberapa hal yaitu:
·
Sifat penyakit yang ditemukan
Secara umum disebutkan bahwa penyakit infeksi lebih cepat menyebar daripada
penyakit bukan infeksi. Hal yang berperan di sini adalah sifat bibit penyakit
yang ditemukan yang dibedakan atas patogenisiti, virulensi, antigenisiti, dan
infektiviti.
·
Keadaan tempat terjangkitnya penyakit
Untuk
penyakit infeksi keadaan yang paling penting adalah yang menyangkut ada
tidaknya reservoir bibit penyakit, yang jika dikaitkan dengan keadaan tempat
terjangkitnya penyakit disebut dengan nama environmental reservoir yakni
lingkungan alam di sekitar manusia.
·
Keadaan penduduk
Penyebaran
masalah kesehatan menurut waktu juga dipengaruhi oleh keadaan penduduk, baik
yang menyangkut ciri-ciri manusianya dan ataupun yang menyangkut jumlah dan
penyebaran penduduk tersebut.
·
Keadaan pelayanan kesehatan yang tersedia
Jika keadaan pelayanan kesehatan baik, maka penyebaran suatu masalah
kesehatan dapat dicegah sehingga waktu terjangkitnya penyakit dapat
diperpendek.
Fluktuasi insiden penyakit yang diketahui terdiri
dari:
1. Variasi Jangka Pendek
a. Sporadis
Kejadian ini relatif berlangsung singkat, umumnya berlangsung di beberpa
tempat, dan pada waktu pengamatan masing-masing kejadian tidak saling
berhubungan, misalnya dalam proses penyebarannya. Contoh: penyebaran penyakit
DHF.
b. Endemis
Penyakit menular yang terus menerus terjadi di suatu tempat atau prevalensi
suatu penyakit yang biasanya terdapat di suau tempat.
c. Pandemis
Penyakit yang berjangkit/menjalar ke beberapa negara atau seluruh benua.
Misalnya: Flu (1914), Kholera (1940), AIDS (1980), SARS (2003).
d. Epidemis
Kenaikan
kejadian suatu penyakit yang berlangsung secara cepat dan dalam jumlah yang
secara bermakna melebihi insidens yang diperkirakan.
2. Variasi Berkala
a.
Kecendrungan sekuler (secular trend)
Kecendrungan sekuler ialah
terjadinya perubahan penyakit atau KLB dalam waktu yang lama. Lamanya waktu
dapat bertahun-tahun sampai beberapa dasawarsa. Kecendrungan sekuler dapat
terjadi pada penyakit menular maupun penyakit infeksi nonmenular. Misalnya,
terjadinya pergeseran pola penyakit menular ke penyakit yang tidak menular yang
terjadi di negara maju pada beberapa dasawarsa terakhir.
Pengetahuan tentang perubahan tersebut dapat digunakan dalam penilaian
keberhasilan upaya pemberantasan dan pencegahan penyakit. Kecendrungan sekuler
juga dapat digunakan unuk mengetahui perubahan yang terjadi pada mortalitas.
Dalam mempelajari kecendrungan sekuler tentang mortalitas, harus dikaitkan
dengan sejauh mana perubahan insiden dan sejauh mana perubahan tersebut
menggambarkan kelangsungan hidup penderita. Angka kematian akan sejalan dengan
angka insiden (insidence rate) pada penyakit yang fatal dan bila
kematian terjadi tidak lama setelah diagnosis, misalnya karsinoma paru-paru,
karena memenuhi kriteria di atas.
b.
Variasi siklik
Variasi siklik ialah terulangnya
kejadian penyakit setelah beberapa tahun, tergantung dari jenis penyakitnya,
misalnya epidemi campak biasanya berulang setelah 2-3 tahun kemudian. Variasi
siklik biasanya terjadi pada penyakit menular karena penyakit noninfeksi tidak
mempunyai variasi siklik.
c.
Variasi musim
Variasi musim ialah terulangnya perubahan frekuensi insidensi dan
prevalensi penyakit yang terjadi dalam 1 tahun. Dalam mempelajari morbiditas
dan mortalitas, variasi musim merupakan salah satu hal yang sangat penting
karena siklus penyakit terjadi sesuai dengan perubahan musim dan berulang
setiap tahun.
Variasi musim sangat penting dalam menganalisis data epidemiologi tentang
kejadian luar biasa untuk menentukan peningkatan insidensi suatu penyakit yang
diakibatkan variasi musim atau memang terjadinya epidemi. Bila adanya variasi
musim tidak diperhatikan, kita dapat menarik kesimpulan yang salah tentang
timbulnya KLB.
Disamping itu, pengetahuan tentang variasi musim juga dibutuhkan pada
penelitian epidemiologi karena penelitian yang dilakukan pada musim yang
berbeda akan menghasilkan frekuensi distribusi penyakit yang berbeda pula.
Penyakit-penyakit yang mempunyai variasi musim antara lain: diare, influenza,
dan tifus abdominalis.
Beberapa ahli memasukkan variasi musim ke dalam variasi siklik karena
terjadinya berulang, tetapi di sini dipisahkan karena pada variasi musim,
terulangnya perubahan insidensi penyakit dalam waktu yang pendek sesuai dengan
perubahan musim, sedangkan pada variasi siklik fluktuasi perubahan insiden
penyakit terjadi lebih lama yaitu suatu penyakit dapat terulang 1 atau 2 tahun
sekali.
d.
Variasi random
Variasi random diartikan sebagai terjadinya epidemi yang tidak dapat
diramalkan sebelumnya, misalnya epidemi yang terjadi karena adanya bencana alam
seperti banjir dan gempa bumi.
C.
Place (Tempat)
Variabel tempat merupakan salah satu variabel penting dalam epidemiologi
deskriptif karena pengetahuan tentang tempat atau lokasi KLB atau lokasi
penyakit- penyakit endemis sangat dibutuhkan ketika melakukan penelitian dan
mengetahui sebaran berbagai penyakit di suatu wilayah sehingga dari keterangan
yang diperoleh akan diketahui :
a.
Jumlah dan jenis masalah kesehatan yang ditemukan di
suatu daerah.
b.
Hal-hal yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah
kesehatan di suatu daerah.
c.
Keterangan tentang faktor penyebab timbulnya masalah
kesehatan di suatu daerah.
Batas suatu wilayah dapat ditentukan
berdasarkan :
1.
Geografis
Ditentukan berdasarkan alamiah,
administratif atau fisik, institusi, dan instansi. Dengan batas alamiah dapat
dibedakan negara yang beriklim tropis, subtropis, dan negara dengan empat
musim. Hal ini penting karena dengan adanya perbedaan tersebut mengakibatkan
perbedaan dalam pola penyakit baik distribusi frekuensi penyakit maupun jenis
penyakit. Dari batas administratif dapat ditentukan batas propinsi, kabupaten,
kecamatan atau desa dengan sungai, jalan kereta api, jembatan dan lainnya
sebagai batas fisik.
2.
Batas institusi
Dapat berupa industri, sekolah atau
kantor, dan lainnya sesuai dengan timbulnya masalah kesehatan. Contoh kejadian
penyakit berdasarkan tempat yaitu:
a.
TBC, pada daerah penduduk padat dengan sosial ekonomi
rendah.
b.
Cholera, pada daerah penduduk padat dengan linkungan
jelek
c.
Asbestosis, pada pekerja pabrik asbes.
Penyebaran masalah kesehatan menurut tempat, secara umum terdiri dari:
1.
Penyebaran satu wilayah
Masalah kesehatan hanya ditemukan di satu wilayah saja. Batasan wilayah
yang dimaksudkan tergantung dari sistem kepemerintahan yang dianut. Misalnya
satu kecamatan saja, satu kelurahan saja, dsb. Pembagian menurut wilayah yang
sering dipergunakan adalah desa dan kota.
2.
Penyebaran beberapa wilayah
Penyebaran beberapa wilayah tergantung dari sistem kepemerintahan yang
dianut. Misalnya beberapa kecamatan saja, beberapa kelurahan saja, dsb.
3.
Penyebaran satu negara (nasional)
Masalah kesehatan ditemukan di semua wilayah negara tersebut.
4.
Penyebaran beberapa negara (regional)
Masalah kesehatan dapat menyebar ke
beberapa negara. Masuk atau tidaknya suatu penyakit ke suatu negara dipengaruhi
oleh faktor :
a.
Keadaan geografis negara tersebut dalam arti apakah
ditemukan keadaan-keadaan geografis tertentu yang menyebabkan suatu penyakit
dapat terjangkit atau tidak di negara tersebut.
b.
Hubungan komunikasi yang dimiliki, dalam arti apakah
letak negara tersebut berdekatan dengan negara yang terjangkit penyakit,
bagaiman sistem transportasi antar negara, hubungan antar penduduk, apakah
egara tersebut terbuka untuk penduduk yang berkunjung dan menetap, dsb.
c.
Peraturan perundangan yang berlaku, khususnya dalam
bidang kesehatan.
5.
Penyebaran banyak negara (internasional)
Masalah kesehatan ditemukan di
banyak negara, yang pada saat ini dengan kemajuan sistem komunikasi dan
transportasi amat sering terjadi.
Sumber :
https://rhenoe.wordpress.com/tag/epidemiologi/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar