M A K A L A H
Daya Tahan Tubuh (Imunitas)
“Dasar Pemberantasan Penyakit”
Disusun Oleh :
Nama : Yullyanti
Yuni Kartika
NIM
: 131108113201002
Prodi : Kesehatan
Masyarakat
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kapuas Raya Sintang
Tahun Akademedik 2014/2015
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami
panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan karunia-Nyalah sehingga
saya dapat meneliti mengenai “Daya Tahan
Tubuh (Imunitas)” patut disadari semua
ini terjadi karena adanya bimbingan Allah SWT yang telah memberi kesempatan
untuk menyusun makalah ini supaya menyelesaikan makalah ini upaya dapat
mengerti dan memahami tentang Daya Tahan Tubuh.
Akhirnya ucapan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah
ini,penulis juga menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Kritik maupun
saran yang membangun sangat diperlukan guna perbaikan kedepan.
Sintang, Maret 2015
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Imunitas spesifik hanya ditujukan terhadap antigen tertentu
yaitu antigen yang merupakan ligannya. Di samping itu, respons imun spesifik
juga menimbulkan memori imunologis yang akan cepat bereaksi bila host terpajan
lagi dengan antigen yang sama di kemudian hari. Pada imunitas didapat, akan
terbentuk antibodi dan limfosit efektor yang spesifik terhadap antigen yang
merangsangnya, sehingga terjadi eliminasi antigen.
Sel yang berperan dalam imunitas didapat ini adalah sel yang
mempresentasikan antigen (APC = antigen presenting cell = makrofag) sel
limfosit T dan sel limfosit B. Sel limfosit T dan limfosit B masing-masing
berperan pada imunitas selular dan imunitas humoral. Sel limfosit T akan
meregulasi respons imun dan melisis sel target yang dihuni antigen. Sel
limfosit B akan berdiferensiasi menjadi sel plasma dan memproduksi antibodi
yang akan menetralkan atau meningkatkan fagositosis antigen dan lisis antigen
oleh komplemen, serta meningkatkan sitotoksisitas sel yang mengandung antigen
yang dinamakan proses antibody dependent cell mediated cytotoxicy
(ADCC). mekanisme pertahanan non spesifik tubuh kita adalah kulit dengan
kelenjarnya, lapisan mukosa dengan enzimnya, serta kelenjar lain dengan
enzimnya seperti kelenjar air mata. Demikian pula sel fagosit (sel makrofag,
monosit, polimorfonuklear) dan komplemen merupakan komponen mekanisme
pertahanan non spesifik.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa
efektor utama respon imun terhadap vaksin ?
b. Apa
aktivasi respon imun innate (non spesifik) dan adatif (spesifik) terhadap
vaksin ?
c. Apa
respon sel B (pembentukan antibodi) terhadap vaksin ?
d. Apa
respon sel T terhadap vaksin ?
e. Apa
pembentukan memori (booster) ?
1.3 Tujuan Penulisan
a. Untuk
memahami tentang efektor utama respon terhadap vaksin.
b. Untuk
mengetahui tentang respon imun innate (non spesifik) dan adatif (spesifik)
terhadap vaksin.
c. Untuk
mengetahui tentang respon sel B (pembentukan antibodi) terhadap vaksin.
d. Untuk
mengetahui respon sel T terhadap vaksin.
e. Untuk
mengetahui pembentukan memori (booster).
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Efektor utama respon imun terhadap vaksin
Respons
imun adalah respons tubuh berupa suatu urutan kejadian yang kompleks terhadap
antigen, untuk mengeliminasi antigen tersebut. Respons imun ini dapat
melibatkan berbagai macam sel dan protein, terutama sel makrofag, sel limfosit,
komplemen, dan sitokin yang saling berinteraksi secara kompleks. Respon Imun
Tubuh Terhadap Vaksin Respon imun terhadap imunisasi pada dasarnya sama seperti
respon imun terhadap agen infeksius. Hal ini dikarenakan vaksin yang dibuat
merupakan agen infeksius yang dilemahkan atau direkayasa secara genetika dengan
menghilangkan sifat. Pada saat manusia tervaksinasi, vaksin yang mengandung
agen atau komponen agen infeksius yang masuk ke dalam tubuh akan direspon
dengan respon imun primer.
Dilihat
dari berapa kali pajanan antigen maka dapat dikenal dua macam respons imun,
yaitu respons imun primer dan respons imun sekunder.
a. Respons
imun primer. Respons
imun primer adalah respons imun yang terjadi pada pajanan pertama kalinya
dengan antigen. Antibodi yang terbentuk pada respons imun primer kebanyakan
adalah IgM dengan titer yang lebih rendah dibanding dengan respons imun
sekunder, demikian pula daya afinitasnya. Waktu antara antigen masuk sampai
dengan timbul antibodi (lag phase) lebih lama bila dibanding dengan
respons imun sekunder.
b. Respons
imun sekunder. Pada
respons imun sekunder, antibodi yang dibentuk kebanyakan adalah IgG, dengan
titer dan afinitas yang lebih tinggi, serta fase lag lebih pendek dibanding
respons imun primer. Hal ini disebabkan sel memori yang terbentuk pada respons
imun primer akan cepat mengalami transformasi blast, proliferasi, dan
diferensiasi menjadi sel plasma yang menghasilkan antibodi. Demikian pula
dengan imunitas selular, sel limfosit T akan lebih cepat mengalami transformasi
blast dan berdiferensiasi menjadi sel T aktif sehingga lebih banyak terbentuk
sel efektor dan sel memori. Pada imunisasi, respons imun sekunder inilah
yang diharapkan akan memberi respons adekuat bila terpajan pada antigen yang
serupa kelak. Untuk mendapatkan titer antibodi yang cukup tinggi dan mencapai
nilai protektif, sifat respons imun sekunder ini diterapkan dengan memberikan
vaksinasi berulang beberapa kali.
2.2 Aktivasi respon imun innate (non spesifik)
dan adatif (spesifik)
a. Respon
imun innate
Mekanisme
pertahanan non spesifik disebut juga komponen nonadaptif atau innate,
atau imunitas alamiah, artinya mekanisme pertahanan yang tidak ditujukan hanya
untuk satu jenis antigen, tetapi untuk berbagai macam antigen. Imunitas alamiah
sudah ada sejak bayi lahir dan terdiri atas berbagai macam elemen non spesifik.
Jadi bukan merupakan pertahanan khusus untuk antigen tertentu. Yang merupakan
mekanisme pertahanan non spesifik tubuh kita adalah kulit dengan kelenjarnya,
lapisan mukosa dengan enzimnya, serta kelenjar lain dengan enzimnya seperti
kelenjar air mata. Demikian pula sel fagosit (sel makrofag, monosit,
polimorfonuklear) dan komplemen merupakan komponen mekanisme pertahanan non
spesifik.
Respon ini merupakan mekanisme pertahanan tubuh non-spesifik yang mencegah
masuk dan menyebarnya mikroorganisme dalam tubuh serta mencegah terjadinya
kerusakan jaringan. Ada beberapa komponen innate immunity, yaitu :
1.
Pemusnahan bakteri intraselular oleh sel
poli-morfonuklear (PMN) dan makrofag.
2.
Aktivasi komplemen melalui jalur alternatif.
3.
Degranulasi sel mast yang melepaskan mediator
inflamasi.
4.
Protein fase akut: C-reactive protein (CRP)
yang mengikat mikroorganisme, selanjutnya terjadi aktivasi komplemen melalui
jalur klasik yang menyebabkan lisis mikroorganisme.
5.
Produksi interferon alfa (IFN-α) oleh leukosit dan
interferon beta (IFN-β) oleh fibroblast yang mempunyai efek antivirus.
6.
Pemusnahan mikroorganisme ekstraselular oleh sel natural
killer (sel NK) melalui pelepasan granula yang mengandung perforin.
7.
Pelepasan mediator eosinofil seperti major
basic protein (MBP) dan protein kationik yang dapat merusak membran
parasit.
8. respon
imun adatif (spesifik)
b. Respon Imun Adatif
Mekanisme pertahanan
tubuh spesifik atau disebut juga komponen adaptif atau imunitas didapat
adalah mekanisme pertahanan yang ditujukan khusus terhadap satu jenis antigen,
karena itu tidak dapat berperan terhadap antigen jenis lain. Bedanya dengan
pertahanan tubuh non spesifik adalah bahwa pertahanan tubuh spesifik harus
kontak atau ditimbulkan terlebih dahulu oleh antigen tertentu, baru ia akan
terbentuk. Sedangkan pertahanan tubuh non spesifik sudah ada sebelum ia kontak
dengan antigen.
Bila mikroorganisme dapat melewati pertahanan nonspesifik/innate
immunity, maka tubuh akan membentuk mekanisme pertahanan yang lebih
kompleks dan spesifik. Mekanisme imunitas ini memerlukan pengenalan terhadap
antigen lebih dulu. Mekanisme imunitas spesifik ini terdiri dari imunitas
humoral, yaitu produksi antibodi spesifik oleh sel limfosit B (T dependent
dan non T dependent) dan mekanisme Cell mediated immunity (CMI).
Sel limfosit T berperan pada mekanisme imunitas ini melalui produksi sitokin
serta jaringan interaksinya dan sel sitotoksik matang di bawah pengaruh
interleukin 2 (IL-2) dan interleukin 6 (IL-6).
2.3 Respon sel B (pembentukan antibodi)
terhadap vaksin
Antibody-mediated immunity
Antibodi menyerang pathogen sebelum masuk ke dalam sel tubuh. Senyawa
tersebut juga bereaksi terhadap zat-zat toksin dan protein “asing”. Antibodi dihasilkan oleh sel limfosit B dan teraktivasi bila mengenali
antigen yang terdapat pada permukaan sel pathogen, dengan bantuan sel limfosit
T. Terdapat 3 jenis limfosit B, yaitu:
a.
Sel B plasma mensekresikan antibodi ke sistem
sirkulasi tubuh Setiap antibodi sifatnya spesifik terhadap satu antigen
patogenik. Sel plasma memproduksi antibodi dengan sangat cepat, yaitu sekitar
2000 per detik untuk tiap sel. Sel plasma yang aktif dapat hidup selama 4-5
hari.
b.
Sel B memori mengingat suatu antigen
yang spesifik dan akan merespon dengan sangat cepat bila terjadi infeksi kedua.
Sel ini hidup untuk waktu yang lama dalam darah.
c.
Sel B pembelah menghasilkan lebih banyak lagi
sel-sel limfosit B Setelah infeksi berkahir, sel B akan mati. Serangkaian respon tersebut
dinamakan respon imun primer. Meskipun demikian, sel-sel B yang telah mengingat
patogen yang menginfeksi masih tetap hidup untuk beberapa tahun. Jika patogen
yang sama menginfeksi, sel B tersebut akan membelah menghasilkan sel B aktif
dalam jumlah besar. Respon tersebut dinamakan respon imun sekunder. (respon
sekunder lebih cepat dan efektif dibandingkan respon primer)
2.4 Respon sel T terhadap vaksin
Cell-mediated immunity
Sel limfosit T mematikan beberapa mikroorganisme. Namun, kebanyakan menyerang sel-sel tubuh yang terinfeksi. Tubuh
menggunakan respon imun ini untuk berhadapan dengan parasit multiseluler,
fungi, sel-sel kanker, dan menyerang jaringan/organ transplan yang dianggap sel
”asing”. Sel ini juga bereaksi terhadap antigen yang spesifik. Saat patogen
menginfeksi, setiap antigen yang ada di permukaan sel patogen akan menstimulasi
limfosit T untuk membelah membentuk klon. Beberapa klon akan menjadi sel-sel
memori yang tetap bertahan untuk mempersiapkan respon imun sekunder jika
patogen yang sama menyerang. Klon lainnya akan berkembang jadi salah satu dari
3 jenis sel T, yaitu:
a.
Sel T pembantu mengontrol komponen respon imun
spesifik lainnya, menstimulasi sel B untuk membelah dan memproduksi antibodi,
mengaktivasi sel T lainnya, dan mengaktivasi makrofag.
b.
Sel T pembunuh menyerang sel tubuh yang
terinfeksi dan sel patogen yang relatif besar secara langsung. Sel T pembunuh
akan melubangi sel lawannya sampai kehilangan sitoplasma dan mati.
c.
Sel T supresor menurunkan dan menghentikan respon imun ketika respon imun sudah lebih dari
yang diperlukan atau infeksi telah diatasi. Mekanisme tersebut penting, sebab
jika tubuh terus menerus memproduksi antibodi dan menstimulasi sel B dan sel T
untuk terus membelah, bahkan ketika tidak dibutuhkan, komponen sitem imun
tersebut dapat merusak jaringan tubuh sendiri.
2.5 Pembentukan Memori (booster)
Ketika sel Bdansel Tdiaktivasi dan mulai untuk bereplikasi, beberapa dari
keturunan mereka akan menjadi memori sel yang hidup lama. Selama hidup, memori
sel tersebut akanmengingat tiap patogen spesifik yang ditemui dan dapat
melakukan respon kuat jikapatogen terdeteksi kembali. Hal ini adaptif karena muncul selama kehidupan
individu sebagai adaptasiinfeksi dengan patogen tersebut dan
mempersiapkan imunitas untuk tantangan pada masadepan. Memori imunologikal dapat berbentuk memori jangka pendek pasif atau
memori jangkapanjang aktif.
Frekuensi pemberian juga mempengaruhi respons imun yang terjadi. Sebagaimana telah kita ketahui, respons imun sekunder menyebabkan sel efektor aktif lebih cepat, lebih tinggi produksinya, dan afinitasnya lebih tinggi. Di samping frekuensi, jarak pemberian pun akan mempengaruhi respons imun yang terjadi. Bila vaksin berikutnya diberikan pada saat kadar antibodi spesifik masih tinggi, maka antigen yang masuk segera dinetralkan oleh antibodi spesifik tersebut sehingga tidak sempat merangsang sel imunokompeten, bahkan dapat terjadi apa yang dinamakan reaksi Arthus yaitu bengkak kemerahan di daerah suntikan antigen akibat pembentukan kompleks antigen-antibodi lokal sehingga terjadi peradangan lokal. Oleh sebab itu, pemberian ulang (booster) sebaiknya mengikuti apa yang dianjurkan sesuai dengan hasil uji coba.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem kekebalan tubuh yang sehat merupakan kekebalan yang dapat membedakan
antara bagian tubuh dari sistem itu sendiri dan benda asing yang masuk ke dalam
tubuh. Secara garis besar, sistem imun menurut sel tubuh dibagi menjadi sistem
imun humoral dan sistem imun seluler. Respon ini merupakan mekanisme pertahanan
tubuh non-spesifik yang mencegah masuk dan menyebarnya mikroorganisme dalam
tubuh serta mencegah terjadinya kerusakan jaringan. Mekanisme imunitas spesifik
ini terdiri dari imunitas humoral, yaitu produksi antibodi spesifik oleh sel
limfosit B (T dependent dan non T dependent) dan mekanisme Cell
mediated immunity (CMI).
3.2 Saran
Setelah
membaca makalah ini diharapkan bagi mahasiswa/i
khususnya program studi kesehatan masyrakat maupun pembaca lainnya
diharapkan dapat memahami dan mengerti tentang Daya Tahan Tubuh (Imunitas) dan
juga dapat memberi saran yang membangun
guna perbaikan kedepan.
Daftar
Pustaka